Huhummm...
Cuma pengen share something aja sih.
Mungkin lebih tepatnya, telling story about LOVE...
Topik yang ga bakal pernah basi untuk dibahas bahkan sampe Lebaran Kucing sekalipun!!!
Hahaha, lebay...
Alright, untuk mempersingkat basa dan basi, check this one out...
Di sebuah negeri, sebut saja negeri Impian, hiduplah Cinta dengan teman-temannya.
Mereka adalah Kesedihan, Kebahagiaan, dan Kecantikan.
Tentu saja masih ada penduduk lain di negeri itu (yang ga mungkin aku sebutin atu2... -.-").
Mereka hidup dalam keadaan negeri yang aman, tentram, adil, makmur dan sejahtera.
Namun, suatu hari negeri Impian diguyur hujan lebat selama beberapa hari.
Dan setelah hari ke 5, negeri Impian berubah menjadi lautan (baca: banjir)!!!
Seluruh penduduk negeri Impian segera mengungsi ke tempat yang aman menggunakan perahu yang mereka miliki ataupun tetap bertahan di atap rumah mereka sambil menunggu bantuan datang.
Sebagian besar rumah penduduk terendam banjir hingga sebatas dada orang dewasa.
Diantara hiruk pikuk orang minta tolong, terseliplah Cinta yang masih bertahan di atap rumahnya sambil menunggu bantuan.
Air sudah menyentuh kaki Cinta saat dia mengeluh pada Tuhan.
"Tuhan, mengapa kau kirim bencana ini ke negeriku? Kepada siapa aku harus meminta tolong? Sementara yang lain hanya memikirkan keselamatan mereka sendiri," ratap Cinta sambil menitikkan air mata.
Lalu melintaslah Kesedihan dengan perahunya di depan Cinta.
"Kesedihan, apakah aku boleh menumpang di perahumu? Aku sudah kehilangan semua harta bendaku, Kesedihan. Dan aku kedinginan," rajuk Cinta berharap Kesedihan akan mendengar keluh kesahnya.
Lalu Kesedihan menghela nafasnya seraya agak memelankan laju perahunya. "Cinta, aku sudah cukup sedih dengan bencana ini. Lalu kau pun ingin menambah kesedihanku dengan kau menumpang perahuku?" tanya Kesedihan dengan mata berkaca-kaca.
Akhirnya, dengan berat hati Cinta melepas kepergian Kesedihan yang juga mulai bergerak menjauhi Cinta.
Air sudah merambat naik sampai lutut Cinta.
Cinta tidak putus berdoa kepada Tuhan lalu melintaslah Kebahagiaan yang mendayung perahunya dengan riang gembira.
"Terima kasih, Tuhan untuk pertolonganmu!" seru Cinta seraya memanggil Kebahagiaan.
"Kebahagiaan! Kebahagiaan! Kebahagiaan! Kebahagiaan!" panggil Cinta berkali-kali.
Namun, Kebahagiaan tidak menoleh sedikitpun kepada Cinta karena dia terlalu bahagia mendapatkan perahu yang akan membawanya ke tempat yang lebih aman.
Kembali, Cinta menelan kekecewaan karena lagi-lagi sahabatnya tidak mau menolongnya.
Hari sudah semakin siang dan air juga sudah sampai sebatas dadanya.
Cinta masih berharap ada seseorang atau sahabatnya yang lain melintas di depannya untuk menolongnya.
Tidak lupa ia juga terus berdoa kepada Tuhan agar banjir tersebut cepat surut.
Tiba-tiba melintaslah Kecantikan dengan perahunya yang bersih dan bagus.
"Kecantikan, aku menumpang perahumu, ya? Lihatlah! Air ini semakin lama semakin menenggelamkanku dan aku juga kedinginan," rajuk Cinta mengharap belas kasih Kecantikan.
Kecantikan menepi sebentar lalu sambil berkacak pinggang ia berkata dingin.
"Kau ingin menumpang perahuku? Lihatlah dirimu! Kau basah dan kotor. Aku tak mau kalau nanti kau naik perahuku, kau akan mengotori dan membasahi perahuku yang cantik ini," Kecantikan dengan segera meninggalkan Cinta dan mendayung perahunya menuju ke tempat yang lebih aman.
Kecewa, marah, kesal, dan sedih campur menjadi satu.
Itulah yang dirasakan Cinta.
Dia tak menyangka karena sahabat-sahabat yang selama ini ia banggakan tidak mau menolongnya yang sedang kesusahan.
Dalam tangis, Cinta mencoba berdoa kepada Tuhan.
"Tuhan, kalau Kau ambil nyawaku sekarang, ambillah... Aku pasrah... Tapi setidaknya, tolong hentikan bencana ini agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan..."
Hari beranjak petang dan matahari sudah mulai terbenam.
Air sudah sampai sebatas leher Cinta.
Meski sudah pasrah, Cinta masih mencoba untuk bertahan.
Sambil terus berharap ada keajaiban dan ada seseorang yang menolongnya.
Lambat laun, karena merasa lelah harus bertahan dengan posisi berdiri di atas atap rumahnya, Cinta mulai merasa lemas.
Air sudah hampir mencapai hidungnya kalau saja ia tak menengadahkan wajahnya.
Dengan keadaan putus asa, lemas, dan lapar, sayup-sayup Cinta mendengar seseorang memanggilnya.
Cinta membuka matanya perlahan.
Lalu dilihatnya seorang bapak tua berjubah putih dan berambut panjang menghampirinya.
"Mari, Cinta. Naiklah ke perahuku. Aku akan membawamu ke tempat yang aman," kata bapak tua itu ramah.
Cinta menurut saja dan dalam sekejap mata, tubuhnya telah terangkut perahu si bapak tua yang telah berisi penduduk sekitar yang bernasib sama dengannya.
Karena lelah, Cinta pun terlelap.
Keesokan harinya, Cinta mendapati dirinya berada di perkampungan yang asri dan sejuk.
Penduduknya ramah.
Ternyata, sebagian besar penduduk negeri Impian mengungsi ke perkampungan itu.
Saat berjalan-jalan di jalan setapak dekat pondoknya, Cinta bertemu lagi dengan si bapak tua.
"Wahai, Bapak Tua, terima kasih telah menolongku kemarin. Aku tak tahu apakah aku masih bisa bernafas bila tak kau tolong kemarin," ucap Cinta sambil tersenyum.
"Terima kasih kembali, Cinta. Aku hanya menjalankan tugasku untuk menolong sesama," bapak tua tersenyum ramah.
"Tapi, bolehkah aku tahu satu hal? Siapakah engkau sebenarnya, Bapak Tua?"
Bapak tua itu berdehem pelan kemudian muncul seberkas cahaya dan bapak tua itu berubah menjadi pemuda yang tampan.
"Aku adalah waktu. Aku menolongmu karena aku tahu kamu berhak ada di dunia ini, karena apabila kau tak ada, aku yakin dunia pun tak pernah ada... Kehidupan ini ada dan tercipta, karena kau ada..."
... -Fin- ...
Well, sebenernya sih kisah di atas aku kutip dari kisah bijak yang aku denger dari radio.
Mungkin ceritanya agak2 aneh dan ga sesuai sama yang asli.
Tapi secara garis besar, isi ceritanya seperti itu.
Untuk bahan renungan juga niyh...
Ga akan ada yang memungkiri kalo manusia hidup karena ada cinta.
Tanpa cinta, hidup rasanya hambar, Men!
Diantara hal2 menarik di dunia seperti kebahagiaan, kecantikan atau bahkan kesedihan, hanya waktu yang bisa menghargai cinta.
Pernah ga sih denger pepatah Jawa,"Witing Trisno Jalaran Soko Kulino".
It means, Cinta Datang Karena Udah Terbiasa.
Seiring berjalannya waktu, benih2 cinta akan tumbuh di hati kita.
Yah, buat yang sekarang ngerasa gitu aja sih.
Buat yang ga, ya udah ditunggu ajah!
Cinta cuma masalah waktu aja ko.
Cinta ga akan datang karena kita yang datang nyariin dia.
Cinta akan datang di saat yang bener2 unpredictable and kedatangannya bener2 surprising dan nyenengin banget.
So, don't give up to wait for your LOVE... :)
Cuma pengen share something aja sih.
Mungkin lebih tepatnya, telling story about LOVE...
Topik yang ga bakal pernah basi untuk dibahas bahkan sampe Lebaran Kucing sekalipun!!!
Hahaha, lebay...
Alright, untuk mempersingkat basa dan basi, check this one out...
Di sebuah negeri, sebut saja negeri Impian, hiduplah Cinta dengan teman-temannya.
Mereka adalah Kesedihan, Kebahagiaan, dan Kecantikan.
Tentu saja masih ada penduduk lain di negeri itu (yang ga mungkin aku sebutin atu2... -.-").
Mereka hidup dalam keadaan negeri yang aman, tentram, adil, makmur dan sejahtera.
Namun, suatu hari negeri Impian diguyur hujan lebat selama beberapa hari.
Dan setelah hari ke 5, negeri Impian berubah menjadi lautan (baca: banjir)!!!
Seluruh penduduk negeri Impian segera mengungsi ke tempat yang aman menggunakan perahu yang mereka miliki ataupun tetap bertahan di atap rumah mereka sambil menunggu bantuan datang.
Sebagian besar rumah penduduk terendam banjir hingga sebatas dada orang dewasa.
Diantara hiruk pikuk orang minta tolong, terseliplah Cinta yang masih bertahan di atap rumahnya sambil menunggu bantuan.
Air sudah menyentuh kaki Cinta saat dia mengeluh pada Tuhan.
"Tuhan, mengapa kau kirim bencana ini ke negeriku? Kepada siapa aku harus meminta tolong? Sementara yang lain hanya memikirkan keselamatan mereka sendiri," ratap Cinta sambil menitikkan air mata.
Lalu melintaslah Kesedihan dengan perahunya di depan Cinta.
"Kesedihan, apakah aku boleh menumpang di perahumu? Aku sudah kehilangan semua harta bendaku, Kesedihan. Dan aku kedinginan," rajuk Cinta berharap Kesedihan akan mendengar keluh kesahnya.
Lalu Kesedihan menghela nafasnya seraya agak memelankan laju perahunya. "Cinta, aku sudah cukup sedih dengan bencana ini. Lalu kau pun ingin menambah kesedihanku dengan kau menumpang perahuku?" tanya Kesedihan dengan mata berkaca-kaca.
Akhirnya, dengan berat hati Cinta melepas kepergian Kesedihan yang juga mulai bergerak menjauhi Cinta.
Air sudah merambat naik sampai lutut Cinta.
Cinta tidak putus berdoa kepada Tuhan lalu melintaslah Kebahagiaan yang mendayung perahunya dengan riang gembira.
"Terima kasih, Tuhan untuk pertolonganmu!" seru Cinta seraya memanggil Kebahagiaan.
"Kebahagiaan! Kebahagiaan! Kebahagiaan! Kebahagiaan!" panggil Cinta berkali-kali.
Namun, Kebahagiaan tidak menoleh sedikitpun kepada Cinta karena dia terlalu bahagia mendapatkan perahu yang akan membawanya ke tempat yang lebih aman.
Kembali, Cinta menelan kekecewaan karena lagi-lagi sahabatnya tidak mau menolongnya.
Hari sudah semakin siang dan air juga sudah sampai sebatas dadanya.
Cinta masih berharap ada seseorang atau sahabatnya yang lain melintas di depannya untuk menolongnya.
Tidak lupa ia juga terus berdoa kepada Tuhan agar banjir tersebut cepat surut.
Tiba-tiba melintaslah Kecantikan dengan perahunya yang bersih dan bagus.
"Kecantikan, aku menumpang perahumu, ya? Lihatlah! Air ini semakin lama semakin menenggelamkanku dan aku juga kedinginan," rajuk Cinta mengharap belas kasih Kecantikan.
Kecantikan menepi sebentar lalu sambil berkacak pinggang ia berkata dingin.
"Kau ingin menumpang perahuku? Lihatlah dirimu! Kau basah dan kotor. Aku tak mau kalau nanti kau naik perahuku, kau akan mengotori dan membasahi perahuku yang cantik ini," Kecantikan dengan segera meninggalkan Cinta dan mendayung perahunya menuju ke tempat yang lebih aman.
Kecewa, marah, kesal, dan sedih campur menjadi satu.
Itulah yang dirasakan Cinta.
Dia tak menyangka karena sahabat-sahabat yang selama ini ia banggakan tidak mau menolongnya yang sedang kesusahan.
Dalam tangis, Cinta mencoba berdoa kepada Tuhan.
"Tuhan, kalau Kau ambil nyawaku sekarang, ambillah... Aku pasrah... Tapi setidaknya, tolong hentikan bencana ini agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan..."
Hari beranjak petang dan matahari sudah mulai terbenam.
Air sudah sampai sebatas leher Cinta.
Meski sudah pasrah, Cinta masih mencoba untuk bertahan.
Sambil terus berharap ada keajaiban dan ada seseorang yang menolongnya.
Lambat laun, karena merasa lelah harus bertahan dengan posisi berdiri di atas atap rumahnya, Cinta mulai merasa lemas.
Air sudah hampir mencapai hidungnya kalau saja ia tak menengadahkan wajahnya.
Dengan keadaan putus asa, lemas, dan lapar, sayup-sayup Cinta mendengar seseorang memanggilnya.
Cinta membuka matanya perlahan.
Lalu dilihatnya seorang bapak tua berjubah putih dan berambut panjang menghampirinya.
"Mari, Cinta. Naiklah ke perahuku. Aku akan membawamu ke tempat yang aman," kata bapak tua itu ramah.
Cinta menurut saja dan dalam sekejap mata, tubuhnya telah terangkut perahu si bapak tua yang telah berisi penduduk sekitar yang bernasib sama dengannya.
Karena lelah, Cinta pun terlelap.
Keesokan harinya, Cinta mendapati dirinya berada di perkampungan yang asri dan sejuk.
Penduduknya ramah.
Ternyata, sebagian besar penduduk negeri Impian mengungsi ke perkampungan itu.
Saat berjalan-jalan di jalan setapak dekat pondoknya, Cinta bertemu lagi dengan si bapak tua.
"Wahai, Bapak Tua, terima kasih telah menolongku kemarin. Aku tak tahu apakah aku masih bisa bernafas bila tak kau tolong kemarin," ucap Cinta sambil tersenyum.
"Terima kasih kembali, Cinta. Aku hanya menjalankan tugasku untuk menolong sesama," bapak tua tersenyum ramah.
"Tapi, bolehkah aku tahu satu hal? Siapakah engkau sebenarnya, Bapak Tua?"
Bapak tua itu berdehem pelan kemudian muncul seberkas cahaya dan bapak tua itu berubah menjadi pemuda yang tampan.
"Aku adalah waktu. Aku menolongmu karena aku tahu kamu berhak ada di dunia ini, karena apabila kau tak ada, aku yakin dunia pun tak pernah ada... Kehidupan ini ada dan tercipta, karena kau ada..."
... -Fin- ...
Well, sebenernya sih kisah di atas aku kutip dari kisah bijak yang aku denger dari radio.
Mungkin ceritanya agak2 aneh dan ga sesuai sama yang asli.
Tapi secara garis besar, isi ceritanya seperti itu.
Untuk bahan renungan juga niyh...
Ga akan ada yang memungkiri kalo manusia hidup karena ada cinta.
Tanpa cinta, hidup rasanya hambar, Men!
Diantara hal2 menarik di dunia seperti kebahagiaan, kecantikan atau bahkan kesedihan, hanya waktu yang bisa menghargai cinta.
Pernah ga sih denger pepatah Jawa,"Witing Trisno Jalaran Soko Kulino".
It means, Cinta Datang Karena Udah Terbiasa.
Seiring berjalannya waktu, benih2 cinta akan tumbuh di hati kita.
Yah, buat yang sekarang ngerasa gitu aja sih.
Buat yang ga, ya udah ditunggu ajah!
Cinta cuma masalah waktu aja ko.
Cinta ga akan datang karena kita yang datang nyariin dia.
Cinta akan datang di saat yang bener2 unpredictable and kedatangannya bener2 surprising dan nyenengin banget.
So, don't give up to wait for your LOVE... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar